Laa Tahzaniy…

Standard

Melahirkan itu proses yang memang berat. Maka sangat bisa dimengerti bagaimana beratnya Maryam menghadapinya seorang diri. Sudahlah tak ada suami, bidan apalagi. Hanya bersandar di bawah pohon kurma menghadapi persalinan seorang diri.

Maka bisa dimengerti, bebannya kala itu, sampai-sampai ia berkata, “Yaa laitaniy mittu qobla hadza wakuntu nasyan mansiyya.” QS. Maryam: 23

“Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” Kalimat ini, seolah kalinat depresi bukan? Putus asa dan pengen mati saja. Maka jangan anggap bualan bahwa ibu pasca melahirkan itu beban fisik dan psikisnya berpotensi jadi depresi.

Lalu Jibril datang kepada Maryam dan berseru padanya, “Laa tahzaniy… jangan kamu bersedih.”

Kemudian Jibril berkata agar Maryam menggoyangkan pangkal pohon kurma agar menggugurkan buahnya. Kalimat ini, kalau untuk orang sensi sangat bisa bikin dongkol.

Bayangkan, orang sedang kontraksi melahirkan itu kayak apa beratnya. Sudahlah sakit, lelah, payah, Maryam pun hampir putus asa. Eeh, masih disuruh menggoyangkan pohon kurma. Tau kan pohon kurma itu kayak apa? Kalau macam pohon jambu mah digoyang mungkin bisalah lalu jatuh buahnya. Lhah pohon kurma? Yang kokoh macam pohon palem itu? Seberapalah tenaga wanita muda yang sedang prosesi melahirkan itu, sehingga diperintah menggoyang pohon kurma??? Kenapa Allah tidak jatuhkan langsung saja itu buah-buah kurma? Jadi siap saji begitu???

Salah satu hikmahnya adalah bahwa Allah ingin melihat usaha hamba-Nya. Mudah sekali bagi Allah tinggal kasih instan pada Maryam, buah kurma dijatuhkan siap saji di depannya. Tapi Allah ingin melihat usaha seorang hamba, sebagai penanda bahwa ia tidak putus asa dari rahmat Allah. Maka Allah pun menggugurkan untuk Maryam, ruthoban janiyya. Buah kurma yang masak.

Jangan bersedih, jangan putus asa. Rahmat Allah itu dekat sekali.

 

Jika Aku Tak Sempat Tua

Standard

Sampaikan pada duo Boya, umi sayang semuanya. Umiย banyak salah, tolong dimaafkan dan didoakan agar mendapat pengampunan dan rahmat Allah.

… ย … ย …

Demikian itu adalah surat wasiat. Adapun isi lengkapnya telah disampaikan kepada abinya dan buliknya anak-anak ๐Ÿ’™

Maut tidak ada yang tau. Mumpung masih hawa-hawa idhul fithri, mohon dimaafkan salah-salah saya. Baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Semoga akhirul hayah husnul khotimah. Aamiin.

 

*login blog demi supaya gak lupa lagi paswordnya ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

 

 

 

The most wakzzz moments in my life…

Standard

Kamu punya kenangan paling norak dan nggilani? Saya punya tuh. Kalau di list, ada berderet-deret. Dulu kalau ingat rasanya hiiiyyy… njelehi. Ngisin-ngisini. Sebel sama diri sendiri. Kok bisa aku senorak itu. Weekkkzzz!!!

Alkisah… ah sudahlah gak usah dikisahkan. Allah saja menutupi aib hamba-Nya, maka gak usah kita buka aib diri sendiri. Apalagi aib orang lain. Yang jelas disyukuri, alhamdulillah sudah lama move on dari hal-hal njelehi itu. Sekarang kalau ingat lagi, istighfar dan berdoa berlindung dari kebodohan yang serupa. Bukan suatu dosa besar sih, hanya saja suatu yang sepele tapi kok norak amat. Nggilani. Annoying. Bagaimana sekarang prasangka orang-orang itu kepada saya? Hasembuh sekarepmu ๐Ÿ˜‚ The truly thing I realize and admit is: yes I was annoying. Bukan tugas kita ngebenerin prasangka orang pada kita, tugas kita cuma disuruh be better day by day. Rasah ngurusi pikiran uwong.

Bukan salah siapa, semua itu salah saya sendiri. Kenapa sebegitu menggebu dalam berbaik hati, mengagumi, juga membenci. Hasilnya yaa… sesuatu yang lebay itu ujung-ujungnya: ngisin-ngisini rai ๐Ÿ˜

Dia yang resek barangkali karena salahku yang memberi kesempatan, dia yang tidak bisa diajak berteman bukan berarti tidak baik, hanya saja kita tidak cocok. Adalah so welcome ada yang tidak sreg pada diri saya dan memilih menjauh, ha yo siapalah diri ini. Tidak semua orang merasa nyaman dengan karakter, sikap, ataupun segala hal yang annoying dari diri saya. Jadi sangatlah wajar dan silakan menjaga jarak sejauh kutub utara dan selatan ๐Ÿ˜‚

Alhamdulillah ala kulli hal. Tidak selamanya berjalan bersama itu menumbuhkan kebaikan, sebab berdekatan itu berpotensi menimbulkan gesekan. Ada kalanya lebih baik sendiri-sendiri menempuh jalan yang berlainan. Lalu dari kejauhan kita bisa saling dadah-dadah sambil melempar senyuman.

Say goodbye and love the whale ๐Ÿณ

Menulis adalah Mengikat Ide

Standard

Dulu jaman kuliah saya selalu sedia buku kecil dan pulpen di tas. Sewaktu-waktu ada ide buat tulisan, tulis deh. Kerangkanya dulu paling gak, sebelum nanti dikembangkan jadi tulisan di blog atau sekedar curhatan di leptop ๐Ÿ˜

Sekarang jaman digital, sudah tergantikan dengan smarphone. Ada ide langsung aja nulis di note HP.

20180306_042343.jpg

Lantas kemarin, saat di pesawat HP mati dan buku tertinggal masuk koper… yaudah deh, tak ada kertas tisu pun jadi ๐Ÿ˜‚

 

Parfum, Jangan Diminum

Standard

Hujan-hujan gini enaknya curhat ya hikiki. Disambi ngawas bocah si Boya n Cuid, disambi ngemil jugaย ๐Ÿ˜‚

Jadi curhatnya begini. Kok saya puyeng juga ya punya banyak akun. Ada akun pribadi fesbuk, punya fanpage juga. Ada IG (buat jualan, trus nyoba bikin 1 lagi buat upload foto2 bebas), trus ada wattpad, ada blog juga. Beuh.

Bingung juga akhirnya memilah dan memilih posting ini itu pasnya ditaruh mana. Yang lebih jelas lagi, emang menyita perhatian dan menarik perhatian. Nah, poin ini nih.

Barusan tadi pagi nemu lagi bahasan pro kontra emak vs emak yang beda pendapat tentang upload foto-foto anak, beserta pujian atas perkembangan anak. Satunya nuduh “pamer lu”, satunya nuduh “kamu sih yang hasad”. Nah lho.

Jadi siapa sebenarnya yang salah? Hasembuh. Saya sendiri tipikal selow. Ada yg hobi majang foto ya silakan. Barangkali bermanfaat sekedar katarsis untuk diri sendiri, atau butuh apresiasi sebagai motivasi syukur-syukur menginspirasi. Saya sendiri ya seneng aja ada posting-posting lucu nan awesome tentang anak.

Ada yang kontra, ya itu bagus juga. Kehati-hatian tentu lebih menyelamatkan. Sebab tak dipungkiri, saya sendiri pun selain takjub, pernah juga baper karena posting orang lain. “Ahh, anakku gak gitu. Ahh, aku merasa gagal jadi ibu yang baik. Ahh, aku kok gak secakep mbak Dian Sastro #ehhh.” En blablabla. Kalau diturutin, ada aja kok yang bisa bikin wanita baper itu. Serius. Itulah hebatnya wanita wuahahaha ๐Ÿ˜œ

Ada orang yang baper terhadap posting kita, itu sangat mungkin sekali. Terlebih jika ada hasad di hati, nah dari sinilah sebab munculnya penyakit ain. Pernah gak ngalami kena ain? Saya pernah.

Makanya kan, di surat Alfalaq kita diajari untuk berlindung salah satunya adalah dari kejahatan orang hasad (dengki). Wamin syarri hasidin idzaa hasad (dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki).

Saya sendiri tipe yang kadang masih suka upload foto entah foto diri dan keluarga atau foto hal-hal yang saya suka. Tapi kadang juga pas pengen upload ini itu, ingat khawatir ada yang baper jika liat posting saya. Semisal satu deh. Ada sosok dekat yang saya tahu rumah tangganya sungguh perjuangan batiniyah. Itu membuat saya gak tega mau show off di medsos tentang betapa happy nya saya berumah tangga (padahal neh aslinya gak happy mulu, ngenesnya teteup ada aja).

Jika pun bukan karena menjaga perasaan orang lain, tetap saja ada ganjalan di hati ketika keseringan show off di medsos. Sebab, yang saya sadari, pujian itu berat. Kadang bisa bikin kepleset. Khawatir jatuhnya pada ujub. Juga kadang yang jadi beban adalah macam disangka baik banget padahal buruk-buruknya saya manalah orang tahu.

Beratnya pujian, makanya sampai di hadits dikatakan taburlah pasir pada wajah orang-orang yang memuji. Kalimat tersebut untuk menegaskan larangan memuji orang lain secara berlebihan. Sebab dikhawatirkan menimbulkan fitnah bagi yang dipuji. Jadi yang benar itu adalah, puji sanjung-sanjunglah kebaikan dan kemuliaan orang di belakang. Bukan kok kebalik. Di depan manis manja bertabur pujian, di belakang menggunjing dengan caci makian. Naudzubillahi min dzalik.

Beratnya pujian, makanya ketika dipuji Abu Bakar sampai berdoa:

ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูู†ูู‘ู‰ ุจูู†ูŽูู’ุณูู‰ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‰ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ู…ูู…ูŽู‘ุง ูŠูŽุธูู†ูู‘ูˆู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู‰ ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูู‰ ุจูู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ

“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.”

Maka, tips perihal upload medsos sih barangkali ini: pertama, tidak berlebihan alias mengambil sikap pertengahan saja. Kedua, selain perlu tahan caci kami, perlu juga tahan diri untuk tidak berlebihan memuji. Ketiga, jaga hati. Jaga baper dan hasadmu pada orang lain, jaga ujubmu pada diri sendiri.

Barangkali banyak sekali hal yang bisa kita tunjukkan pada dunia sebagai bukti bahwa kita shalih, sukses, ataupun bahagia. Tapi di sisi lain, ingat lagi deh. Pujian itu berat, bisa menggelincirkan niat dan amal. Pun beresiko menjadikan orang lain baper or hasad.

Tsumma naudzubillahi min dzalik.

โ™กโ™กโ™ก

“PUJIAN. Meski tulus & harum, ia cuma parfum. Boleh dicium, jangan diminum. Lima dari 6 hurufnya pun UJIAN. Luluslah dengan ‘AlhamduliLlah’…”. (Ustadz Salim A. Fillah)

Parfum, jangan diminum. Nanti keracunan ๐Ÿ˜‰

โ™กโ™กโ™ก

*menulis adalah bercermin ๐Ÿ’™

Membeningkan Pikiran

Standard

Dulu aku sering bersamanya. Dalam suka duka, tangis dan tawa. Menggenggam banyak kesamaan pikiran dan perasaan, saling membagi cita dan rahasia. Sama-sama terlahir di Januari, saling memompa semangat dan membangun mimpi-mimpi.

Lalu, pada hari telah genap usia 30 kami, aku kembali bersamanya. Meski hanya lewat suara, tersambung lewat semesta. Berkisah, berbagi, mendengar, untuk saling mengerti. Masih seperti dulu, penerimaannya terhadap baik burukku. Masih seperti dulu, penuturannya membangkitkan jiwaku. Masih seperti dulu, dekat dengannya meluaskan sudut pandangku.

Masih seperti dulu, aku menyebutnya: Si Bening ๐Ÿ’™

Ternyata Bikin Resolusi itu Ngaruh

Standard

Takcritani. Ceritanya sih ya judul di atas itu intinya. Haha…

Setelah mengenali diri lahir batin, lalu menuangkannya dalam oret-oretan kertas, akhirnya saya nulis juga resolusi tahun ini. Terasa manfaatnya buat mengenali diri dan menentukan pijakan langkah ke depan #tsaaahhh

Kondisi saya kemarin, hari ini, dan pengennya nanti. Itulah acuannya.

Maka tertulislah beberapa resolusi diri yang diantara garis besarnya adalah:
1. Self healing.
2. Nulis, nerbitkan buku, ngikut lomba ini itu.
3. Merapikan dan mengembangkan rumah ngaji.
4. De el el… biar saya saja yang tau. Biar kalau gagal ya cukup saya aja yang tau (dan melas) wkwkwk.

Btw yah, dua bulan ini menarget diri 3 event. Tapi nyatanya pikiran bercabang kemana-mana, malah mandeg tengah jalan semua yang dirancang. Kebanyakan yang dipikir, kebanyakan tagihan, malah endingnya gak ada yang dikerjakan. Belum lagi kerjaan dunia nyata yang menuntut perhatian. Anak-anak yang sakit gantian, dibarengi abinya dinas ke Jakarta sepekan. Jadinya pas si kakak yang sakit, harus ke dokter bawa tiga anak. Dua anak sendiri, satu anak tetangga takminta nemeni dan momong si Cuid. Karena disuruh di rumah sama si mbake kagak mau dia. Trus acara-acara di luar yang harus didatangi, anak-anak yang harus diajar ngaji sore hari. Jadilah lelah juga Hayati. Proyek nulis yang sudah digadang-gadang di resolusi pun mandeg dulu lah. Nanti kalau otak dan jiwa raga sudah fresh lagi, semoga bisa kelar happy ending ๐Ÿ’™

Kadang saya tu cuma butuh cerita, butuh ngeluarkan isi otak dan hati. Dengan jujur. Bukan dengan gaya sok kuat sok tegar, tapi justru dengan mengakui kelemahan diri, rasanya lebih lega. Lantas selesai jadi katarsis dan kemudian bangkit. Pas buntu ide nulis pun demikian, seringnya sharing or tanya ke suami itu nihil hasilnya. Ngomong ngalor ngidul bahas sana sini… jebul sing ditulis dan diterbitkan ide yang lain. Trus ngapain juga diobrolin tadi? Ya buat melegakan tenggorokan aja. Ehh, melegakan pikiran maksudnya. Lega karena kebuntuan telah diutarakan. Lantas kalau sudah keluar sumpel-sumpelnya, bisa ngalir lah ide jernihnya.

Oke deh. Sekian dulu curhatan simbok yang menyepi ditinggal tidur dua bocah. Mari sekarang kita tunaikan petuah bijak: tidur dulu, pikir kemudian ๐Ÿ˜‚

Setahun Sudah

Standard

Kadang kita memang butuh jarak dan waktu, butuh jeda untuk tak bersama. Agar ada ruang terbitnya rindu, juga menguatnya doa.

Seperti kita, yang sudah setahun pisah tak saling sapa. Tepatnya aku yang beranjak meninggalkanmu. Karena bosan. Iya, alasan bosan itu bisa sekali menjadi alasan kepergian. Aku bosan denganmu yang begitu-begitu saja. Macam tak tambah mutu. Macam tak beranjak lebih bergairah. Macam tak menghasilkan faedah. Aku bosan lalu pergi. Meninggalkanmu dan tak peduli. Sebab jika alasan sudah dicari, pasti ketemu dan jadi.

Hai kamu. Terimakasih masih di sini. Di sudut yang sama. Menerimaku kembali. Dear, kamu. Blog haniself…ย 

Tralalaaa… bismillah ngeblog lagi yuk, wahai simbok yang sibuk sana sini. Sibuk nguber anak juga nguber setoran. Padahal diri sendiri diuber jadi buronan setoran ODOJ dan talaqqi Quran ๐Ÿ˜ช

Setahun sudah mendiamkan blog ini. Setahun juga tinggal di rantau nun jauh di timur nusantara. Lantas tak terasa waktu sudah beranjak cepat, tahun baru sudah berjalan, Januari tinggal sehari, Ramadhan sudah mau datang lagi di bulan Mei, anak sulung sudah mau sekolah, tanaman depan rumah sudah pada bertumbuh dan bertambah. Alhamdulillah… ๐Ÿ’™

Awal tahun baru orang-orang biasa punya resolusi. Target-target tahunan yang dibikin sebagai acuan mimpi. Tapi aku? Oalah, saya ini orangnya lempeng. Seringnya hidup ngalir aja macam anak sungai. Seringnya kalau nulis-nulis mimpi or resolusi gitu malah kok nggak tercapai-capai ya? Ini apa yang salah? Kurang realistis kah? Atau realistis tapi kurang usaha dan doa?

Seringnya apa yang saya dapatkan justru jauh dari yang saya angan-angankan. Tahun 2017 contohnya. Saya gak nulis resolusi blahblahblah apapun harus begini begitu. Eh, ada sih beberapa target di angan-angan tapi nyatanya juga gak kesampaian (kakehan mikir lan kurang eksyen we ki mbok wkwkwk). Namun alhamdulillah surprise demi surprise berdatangan. Omzet olshop (yang meskipun dijalankan dengan moody ๐Ÿ˜‚) tiap bulan selalu ada 7 digit, rumah ngaji yang ramai oleh santri, tulisan-tulisan yang lolos lomba dan jadi buku (padahal gak narget mau jadi penulis), juga hal-hal lain yang tak perlu disebutkan di muka infotainment.

See? Hidup saya gak sesuai angan-angan di awal, tapi gak nyangka juga melebihi ekspektasi. Jadi kadang saya berpikir, gak usah lah bikin-bikin resolusi tahunan yang tertulis. Daripada terkungkung dalam kerangka target-target yang kita buat sendiri, padahal hidup ini luaaasss sekali peluang-peluang kejadiannya. Ajiiib sekali lika liku misteri dan kejutannya. Jadi mending let it go, let it flow aja. Daripada nulis-nulis tapi nanti endingnya nyesek juga, “Huaaa, wishlist ku kok kagak ada yang tercentang ya??? Alias zong gak tercapai???” *Curhat, wkwkwk

Yang dia atas itu adalah pikiran emak males wkwkwk. Baiknya ya kita sempatkan waktu untuk memutabaah dan muhasabah diri. Apa yang sudah kau lakukan, apa yang sudah kau hasilkan. Apa yang kau harapkan dan belum tercapai. Apa yang kau impikan kemudian, lalu apa yang hendak kau lakukan.

Okeh, berbekal bismillah. Bar iki insya Allah aku tak nulis ahhh ๐Ÿ˜‰